"Thai" Berarti Kebebasan: Kami Memanggil Anak Sesuka Hati Kami
Ketika memasuki dunia kerja, saya menghadapi momen yang tidak asing lagi: perkenalan. Bekerja dari jarak jauh, saya mempersiapkan diri di depan layar komputer untuk mengetikkan pesan di ruang obrolan kami, "Halo semuanya, nama saya Title". Ini adalah ungkapan sederhana, tetapi merupakan bagian dari budaya kami. Pada berkas resmi, nama saya adalah "Chiratikan." Saya kebingungan meminta rekan kerja memanggil dengan nama resmi yang cukup panjang dan sulit diucapkan, atau nama yang lebih sederhana yaitu Title, tidak peduli betapa aneh kedengarannya. Saya memilih opsi kedua.
Kalian mungkin penasaran mengapa saya tidak menggunakan nama dalam bahasa Inggris, ‘kan? Alasannya adalah untuk menghindari ketidaknyamanan yang mungkin terjadi karena norma budaya di Thailand. Umumnya, kecuali jika seseorang memiliki campuran keturunan Barat dan telah memiliki nama Barat, orang Thailand cenderung tidak menggunakan nama Inggris.
Orang Thailand menikmati kebebasan yang luas dalam menentukan nama panggilan untuk anak-anak mereka. Kata "Thai" secara harfiah berarti "Kebebasan" dalam bahasa Thailand, kebebasan ini meluas hingga ke pemberian nama pada anak-anak mereka. Tidak seperti negara-negara yang berbahasa Inggris, di mana nama pendek seperti "Jenny" dari "Jennifer" atau "Liz" dari "Elizabeth" sering dikaitkan dengan nama resmi, di Thailand, keduanya merupakan hal yang berbeda. Orang tua di Thailand dapat memanggil anak-anak mereka dengan panggilan "Tangkwa" (mentimun), "Tarn" (coklat), atau bahkan "Moowan" (daging babi manis). Pada masa orang tua saya, nama panggilan biasanya berupa kata-kata sederhana seperti "Lek" (kecil), Yai (besar), atau Daeng (merah). Namun pada tahun 1980-an, sewaktu saya dilahirkan, terjadi pergeseran ketika keluarga mulai menyukai nama panggilan yang terdiri atas dua suku kata. Tren ini terus berlanjut hingga sekarang. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada penekanan pada pemilihan nama panggilan yang memiliki makna lebih dalam, seperti "Kondee" (orang yang baik), "Papwad" (lukisan), atau "Kongkwan" (hadiah). Terlepas dari kebebasan untuk memberi nama anak-anak mereka dengan nama apa pun sesuai keinginan hati mereka, ada aturan-aturan tipis yang membingungkan bahkan bagi penduduk asli Thailand. Misalnya, mengapa boleh memberi nama anak Anda "Namfon" (hujan) atau "Mek" (awan), tetapi tidak boleh "Lookheb" (hujan es)? Lalu jangan lupakan kasus nama panggilan khusus gender yang aneh, di mana "Namfon" cenderung diperuntukkan bagi anak perempuan, sementara "Mek" lebih sering ditujukan untuk anak laki-laki. Tidak ada aturan ketat mengenai jenis kelamin dalam bahasa Thailand, tidak seperti bahasa seperti Jerman atau Prancis yang memiliki kata benda untuk jenis kelamin tertentu, sehingga menekankan fleksibilitas tradisi pemberian nama panggilan di Thailand.
Dalam praktik pemberian nama panggilan di Thailand, kami tidak hanya menggunakan kata-kata dalam bahasa Thailand, tetapi juga mengadopsi kata-kata dalam bahasa Inggris, seperti "Title" dalam kasus saya. Sangat lazim untuk mendapati orang Thailand dengan panggilan "Ice", "Guitar", "Smile", "Gift", "Guide", atau "Oak". Apakah kami peduli dengan maknanya? Tidak terlalu. Kami lebih mementingkan aspek bunyi daripada makna harfiah. Tentu saja, kami paham bahwa "Ice", "Guitar", dan "Smile" cocok untuk kedua jenis kelamin, sementara "Gift" cenderung cocok untuk wanita, sedangkan "Guide" dan "Oak" cocok untuk pria. Bisakah kami menjelaskan alasannya? Tidak juga. Menariknya, mantan kekasih saya memanggil putranya dengan julukan "Open", nama panggilan yang unik dalam budaya Thailand yang beragam! Kebiasaan lain yang menarik adalah kecenderungan saudara kandung, atau bahkan seluruh keluarga, untuk berbagi nama panggilan depan. Di rumah saya sendiri, sebagian besar dari kami menggunakan nama panggilan yang dimulai dengan "T", mulai dari Title dan Tatae hingga Tao, Tui, Toi, Ton, Tong, dan seterusnya. Hal ini benar-benar menunjukkan begitu eratnya hubungan masyarakat Thailand.
Dalam dunia tradisi pemberian nama Thailand yang unik, ada aspek yang harus diperhatikan oleh para pengunjung, terutama yang berasal dari negara-negara berbahasa Inggris. Beberapa kata dalam bahasa Thailand yang digunakan sebagai nama panggilan mungkin secara tidak sengaja terdengar menyinggung dalam bahasa Inggris karena kemiripannya, seperti Porn (berkah), Fak (labu), Poo (kepiting), atau Chit (menang). Jadi, jangan terkejut jika Anda bertemu dengan penduduk setempat yang memperkenalkan diri mereka dengan nama-nama ini, terutama di tempat kerja di Thailand. Sudah menjadi hal yang umum menggunakan nama panggilan dan mengizinkan rekan kerja memanggil mereka dengan nama panggilan tersebut, tanpa memandang hubungan pertemanan. Ini adalah bagian dari budaya Thailand sehingga sangat penting untuk menghormati budaya ini. Bagaimanapun juga, memahami tradisi masyarakat setempat lebih penting daripada mengharapkan orang lain mengubah nama mereka demi kenyamanan.
Translator: Culture Flipper Indonesian Team
Original Content in English: cultureflipper.com/blog/thai-means-freedom-we-nickname-our-children-as-we-please
Kalian mungkin penasaran mengapa saya tidak menggunakan nama dalam bahasa Inggris, ‘kan? Alasannya adalah untuk menghindari ketidaknyamanan yang mungkin terjadi karena norma budaya di Thailand. Umumnya, kecuali jika seseorang memiliki campuran keturunan Barat dan telah memiliki nama Barat, orang Thailand cenderung tidak menggunakan nama Inggris.
Orang Thailand menikmati kebebasan yang luas dalam menentukan nama panggilan untuk anak-anak mereka. Kata "Thai" secara harfiah berarti "Kebebasan" dalam bahasa Thailand, kebebasan ini meluas hingga ke pemberian nama pada anak-anak mereka. Tidak seperti negara-negara yang berbahasa Inggris, di mana nama pendek seperti "Jenny" dari "Jennifer" atau "Liz" dari "Elizabeth" sering dikaitkan dengan nama resmi, di Thailand, keduanya merupakan hal yang berbeda. Orang tua di Thailand dapat memanggil anak-anak mereka dengan panggilan "Tangkwa" (mentimun), "Tarn" (coklat), atau bahkan "Moowan" (daging babi manis). Pada masa orang tua saya, nama panggilan biasanya berupa kata-kata sederhana seperti "Lek" (kecil), Yai (besar), atau Daeng (merah). Namun pada tahun 1980-an, sewaktu saya dilahirkan, terjadi pergeseran ketika keluarga mulai menyukai nama panggilan yang terdiri atas dua suku kata. Tren ini terus berlanjut hingga sekarang. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ada penekanan pada pemilihan nama panggilan yang memiliki makna lebih dalam, seperti "Kondee" (orang yang baik), "Papwad" (lukisan), atau "Kongkwan" (hadiah). Terlepas dari kebebasan untuk memberi nama anak-anak mereka dengan nama apa pun sesuai keinginan hati mereka, ada aturan-aturan tipis yang membingungkan bahkan bagi penduduk asli Thailand. Misalnya, mengapa boleh memberi nama anak Anda "Namfon" (hujan) atau "Mek" (awan), tetapi tidak boleh "Lookheb" (hujan es)? Lalu jangan lupakan kasus nama panggilan khusus gender yang aneh, di mana "Namfon" cenderung diperuntukkan bagi anak perempuan, sementara "Mek" lebih sering ditujukan untuk anak laki-laki. Tidak ada aturan ketat mengenai jenis kelamin dalam bahasa Thailand, tidak seperti bahasa seperti Jerman atau Prancis yang memiliki kata benda untuk jenis kelamin tertentu, sehingga menekankan fleksibilitas tradisi pemberian nama panggilan di Thailand.
Dalam praktik pemberian nama panggilan di Thailand, kami tidak hanya menggunakan kata-kata dalam bahasa Thailand, tetapi juga mengadopsi kata-kata dalam bahasa Inggris, seperti "Title" dalam kasus saya. Sangat lazim untuk mendapati orang Thailand dengan panggilan "Ice", "Guitar", "Smile", "Gift", "Guide", atau "Oak". Apakah kami peduli dengan maknanya? Tidak terlalu. Kami lebih mementingkan aspek bunyi daripada makna harfiah. Tentu saja, kami paham bahwa "Ice", "Guitar", dan "Smile" cocok untuk kedua jenis kelamin, sementara "Gift" cenderung cocok untuk wanita, sedangkan "Guide" dan "Oak" cocok untuk pria. Bisakah kami menjelaskan alasannya? Tidak juga. Menariknya, mantan kekasih saya memanggil putranya dengan julukan "Open", nama panggilan yang unik dalam budaya Thailand yang beragam! Kebiasaan lain yang menarik adalah kecenderungan saudara kandung, atau bahkan seluruh keluarga, untuk berbagi nama panggilan depan. Di rumah saya sendiri, sebagian besar dari kami menggunakan nama panggilan yang dimulai dengan "T", mulai dari Title dan Tatae hingga Tao, Tui, Toi, Ton, Tong, dan seterusnya. Hal ini benar-benar menunjukkan begitu eratnya hubungan masyarakat Thailand.
Dalam dunia tradisi pemberian nama Thailand yang unik, ada aspek yang harus diperhatikan oleh para pengunjung, terutama yang berasal dari negara-negara berbahasa Inggris. Beberapa kata dalam bahasa Thailand yang digunakan sebagai nama panggilan mungkin secara tidak sengaja terdengar menyinggung dalam bahasa Inggris karena kemiripannya, seperti Porn (berkah), Fak (labu), Poo (kepiting), atau Chit (menang). Jadi, jangan terkejut jika Anda bertemu dengan penduduk setempat yang memperkenalkan diri mereka dengan nama-nama ini, terutama di tempat kerja di Thailand. Sudah menjadi hal yang umum menggunakan nama panggilan dan mengizinkan rekan kerja memanggil mereka dengan nama panggilan tersebut, tanpa memandang hubungan pertemanan. Ini adalah bagian dari budaya Thailand sehingga sangat penting untuk menghormati budaya ini. Bagaimanapun juga, memahami tradisi masyarakat setempat lebih penting daripada mengharapkan orang lain mengubah nama mereka demi kenyamanan.
Translator: Culture Flipper Indonesian Team
Original Content in English: cultureflipper.com/blog/thai-means-freedom-we-nickname-our-children-as-we-please
02.22.2024